Ayo, Berwisata Edukasi ke Perpustakaan UI | Seputar Perpus

Artikel Terbaru

Ayo, Berwisata Edukasi ke Perpustakaan UI

Perpustakaan UI

 Karena itu, untuk membacanya tak perlu lagi membawa buku tebal-tebal, tapi cukup dengan menggunakan layar komputer. “Di sini juga tersimpan naskah kuno, buku langka dari seluruh wilayah,” kata Kepala Perpustakaan Pusat UI Fuad Gani. 

Untuk judul kuno sendiri, di sini tersimpan sebanyak 1.040 dari seluruh wilayah dan Belanda. Bahkan, ada buku yang sudah terbit sejak 1.650 tahun silam. Tak hanya itu, di sini juga ada buku yang ditulis di atas daun lontar. Bentuknya kecil dan ditulis dengan alat khusus yang hanya ada pada zaman itu. “Buku lontar ada ratusan yang tersimpan di sini, tapi disimpan di ruang khusus,” ungkapnya. Salah satu naskah kuno yang disimpan di sini adalah naskah Bausastra Jawi-Welandi yang dibeli dari GPH Hadiwidjojo pada tahun 1977. 

Saat itu GPH Hadiwidjojo merupakan kepala Museum Radya Pustaka. Naskah yang dibeli UI dari museum berjumlah 29 buah yang sekarang disimpan dalam ruangan khusus di Perpustakaan Pusat UI. Untuk masuk ke ruangan ini tidak boleh sembarangan karena memang tertutup untuk umum. “Naskah Radya Pustaka yang ada di Perpustakaan UI dibeli pada tahun 1977 dan saat ini disimpan dan dirawat dengan sangat baik di Ruang Naskah Perpustakaan. Naskah tersebut telah diinventarisasi sebagai aset negara yang dimiliki dan dikelola oleh Perpustakaan UI,” kata Fuad. 

Setelah 40 tahun tersimpan di UI, naskahnaskah itu masih dalam kondisi bagus. Naskah kuno yang ditulis oleh Winter Wilkens itu pun nantinya bisa diakses secara online . Namun, saat ini prosesnya masih bertahap. Pihaknya sudah melakukan digitalisasi terhadap buku-buku dan naskah serta semua koleksi yang dimiliki. “Kita sudah lakukan digitalisasi. Bentuknya dalam mikro film dan sedang dalam proses upload . Dengan demikian, para sivitas akademika UI dapat membaca isi naskah kuno tersebut hingga generasi seterusnya,” tandasnya. 

Naskah Bausastra Jawi-Welandi itu terdiri atas 29 buah dengan ketebalan berbeda-beda. Isinya adalah kamus bahasa Belanda-Jawa yang ditulis tangan. Jika ditotal, jumlah halaman mencapai 4.531 dengan 36 baris per halaman yang ditulis di atas Kertas Eropa. Staf Perpustakaan UI Aswinna menuturkan, perlu perawatan khusus untuk menyimpan naskah kuno tersebut, mulai dari sinar yang tidak boleh terlalu terang, cuaca yang tidak boleh panas, hingga harus steril dari debu. 

“Tidak bisa diakses sembarangan. Untuk membukanya juga perlu perlakuan khusus agar tetap bagus,” katanya. Di ruang khusus itu selain menyimpan naskah Bausastra, juga disimpan naskah kuno lainnya. Bahkan, tersimpan pula Kitab Perjanjian Lama yang usianya ratusan tahun. Untuk bisa masuk ke perpustakaan ini pengunjung harus melakukan pendaftaran terlebih dulu. Untuk pengunjung yang pertama kali masuk harus membuat kartu anggota. Setiap kali masuk, bagi pengunjung umum, dikenakan retribusi Rp5.000 dan Rp2.000 bagi anak sekolah. 

Ini bukan tujuan komersial, tapi lebih untuk keamanan saja. Begitu masuk, pengunjung harus menunjukkan kartu keanggotaan. Kemudian akan teridentifikasi datanya, barulah kemudian boleh masuk. Namun, jangan lupa untuk menitipkan tas di loker. Karena, untuk masuk ke lantai 2 dan 3 tidak diperbolehkan membawa tas, apalagi makanan atau minuman. Sama seperti di perpustakaan lainnya, pengelola pun menerapkan aturan yang sama. Jam operasional di perpustakaan ini adalah Senin-Jumat pukul 08.00-17.00 WIB. Berada di perpustakaan ini tak akan membuat kita bosan. 

Baca juga :

Karena arsitektur dan pemandangan dari bagian atas sangatlah menyenangkan. Kita bisa melihat danau dari sisi atas atau bangunan pencakar langit yang ada di Margonda. Sementara di sisi bawah terdapat ukiran-ukiran kayu berukuran besar yang menggambarkan seolah sedang berada di sebuah bangunan kuno. Jika sudah berlama-lama di dalam area perpustakaan, kita juga bisa menikmati segarnya udara dari arena luar. 

Spot favorit pengunjung di sini adalah tempat duduk melingkar yang tepat mengarah ke Balairung. Yang juga menyenangkan di sini yaitu banyaknya pohon-pohon besar di sekitar tempat duduk sehingga bisa bikin betah berlama-lama. “Biasanya ke sini sore hari, Kalau lagi capek sama kuliah, saya suka ke sini. Enak saja melihat pemandangan alam gini ,” kata Siska, salah satu mahasiswi. Tempat ini juga terlihat ramai pada Minggu pagi. Warga yang lelah berolahraga biasanya duduk di tempat ini untuk istirahat. Anak-anak kecil pun berlarian di lokasi ini. Namun, harus tetap diawasi oleh orang tua karena tempat ini sangat dekat dengan danau. 

Area luar perpustakaan ini terbuka hingga pukul 19.00 WIB. Biasanya, perlahan pengunjung mulai bergeser jika sudah malam. Nah, jika ingin berwisata gratis, bisa mengajak anak-anak ke sini. Jika tidak ingin masuk ke dalam area perpustakaan, kita bisa menikmati area luarnya untuk bersantai atau melepas lelah. 


Sumber : www.koran-sindo.com
BERIKAN KOMENTAR ()