Pustakawan Harus Menjadi Pondasi dan Pemimpin Ilmu Pengetahuan | Seputar Perpus

Artikel Terbaru

Pustakawan Harus Menjadi Pondasi dan Pemimpin Ilmu Pengetahuan



Dunia akan terus berubah dan bergerak di mana ilmu pengetahuan akan selalu dicari di era teknologi informasi seperti saat ini. Oleh karena itu, pustakawan harus menjadi pondasi dan pemimpin ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh seluruh level masyarakat dan menjadi inovator teori baru. Pustakawan harus keluar dari zona nyaman dan mengembangkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan zaman sehingga mampu bersaing dengan mesin pencari.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional M. Syarif Bando pada pembukaan Pemilihan Pustakawan Utusan Indonesia untuk CONSAL Outstanding Librarian Award di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, pada Senin (12/3).

CONSAL merupakan satu-satunya organisasi profesi pustakawan di tingkat regional Asia Tenggara (ASEAN) yang didirikan tahun 1970 di Singapura dan beranggotakan sepuluh negara anggota ASEAN. Pada 2-5 Mei 2018, CONSAL XVII General Conference akan digelar di Naypyitaw, Myanmar dengan tema “Next Generation Libraries: Collaborate and Connect”.

Konferensi para pustakawan se-Asia Tenggara tersebut diselenggarakan setiap tiga tahun sekali dengan agenda tetap yaitu seminar ilmiah, pameran kepustakawanan, dan pemberian CONSAL Outstanding Librarian Award kepada pustakawan terpilih ASEAN. Penilaian terhadap pustakawan tersebut dilakukan oleh dewan juri se-ASEAN, yang terdiri dari para pakar yang diusulkan oleh asosiasi profesi masing-masing negara.

Sepuluh anggota CONSAL akan mengirimkan pustakawan terbaiknya untuk bersaing di tingkat regional. Dalam rangka kegiatan tersebut, Perpustakaan Nasional mengadakan pemilihan pustakawan utusan Indonesia untuk CONSAL Outstanding Librarian Award. Adapun pustakawan yang ikut serta dalam seleksi ini adalah juara pertama, kedua, dan ketiga Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2015, 2016 dan 2017 yang total berjumlah sembilan orang, yaitu:

Siti Indarwati, S. IP (D. I. Yogyakarta)
Mohammad Rodmiyanto, A. Md., S. Kom (Jawa Timur)
Andrea Ananda, S. Hum (NTB)
Agung Wibawa, S. IP (D. I. Yogyakarta)
Wahid Nasihudin, S. IP (DKI Jakarta)
Ahmad Syauki, S. Ag, S. IPI., M. Pd. I. (Kalimantan Selatan)
Purwani Istiana, S. IP., M. A (D. I. Yogyakarta)
Kusairi , S. IP (Jawa Timur)
Jeng Ayu Ning Tyas, S. Sos (Jawa Barat)
Seleksi diselenggarakan di Hotel Aryaduta selama tiga hari pada 12-14 Maret 2018 meliputi presentasi dan wawancara serta pembuatan esai dalam bahasa Inggris.

“Perpustakaan masa kini berada pada masa perubahan yang sangat cepat dan tidak ada satu pun perpustakaan di dunia yang dapat berdiri sendiri tetapi perlu bekerja sama dan saling terkoneksi bahkan dapat berkolaborasi dengan profesi lainnya,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan Perpusnas Opong Sumiati, yang juga Ketua Panitia Penyelenggara Pemilihan Pustakawan Utusan Indonesia untuk CONSAL.

Pemilihan pustakawan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi para pustakawan, mengembangkan profesionalisme pustakawan Indonesia, memupuk kerja sama, konektivitas, kolaborasi dan kontribusi positif antara pustakawan nasional dan regional, memberikan pengalaman kompetensi profesi di tingkat provinsi dan regional, serta yang terutama untuk menentukan utusan utusan Indonesia di acara CONSAL XVII.

Ketua Umum PP Ikatan Pustakawan Indonesia Dedi Junaedi menilai semua peserta memiliki kompetensi yang layak bersaing di tingkat regional. Karenanya, Dedi berharap pustakawan yang mewakili Indonesia di Myanmar bisa menjadi peserta terbaik, mengingat pada CONSAL beberapa tahun lalu wakil dari Indonesia meraih peringkat pertama dan ketiga.

Reportase: Eka Cahyani
BERIKAN KOMENTAR ()