Menghidupkan Perpustakaan | Seputar Perpus

Artikel Terbaru

Menghidupkan Perpustakaan


Penulis sangat tersentuh dengan ulasan tulisan tajuk yang bertemakan “Perpustakaan Masa Kini” (Banjarmasin Post, 17/2/2016). Dalam tulisan tersebut, ada satu pernyataan pada paragraf empat yang membuat hati kami para Pustakawan begitu sangat sedih dengan ungkapan tersebut, yaitu “hampir tak ada lagi gairah di diri anak muda, untuk datang ke perpus dan menikmati koleksi yang tersusun rapi”. Pernyataan tersebut tentu harus punya alasan yang berdasarkan pada fakta di lapangan. Padahal kalau kita berkunjung ke berbagai perpustakaan yang ada di Kalsel, seperti di perpustakaan umum, sekolah, apalagi perguruan tinggi pengunjungnya setiap hari makin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah mahasiswa.
Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang disebut sebagai internet atau net generation. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet menyebabkan mereka lebih menggunakan internet sebagai sumber informasi dibandingkan perpustakaan.
Dari berbagai survei ditemukan bahwa net generation mengakui pentingnya perpustakaan sebagai sumber informasi, tetapi bagi mereka internet lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Perpustakaan perlu melakukan pengembangan dari sisi teknologi informasi, fasilitas fisik, koleksi maupun layanan sesuai dengan karateristik net generation agar mereka mau melirik dan tertarik untuk datang ke perpustakaan secara fisik maupun maya.
Fakta-Fakta
Perkembangan penggunaan internet sebagai sumber informasi dari tahun ke tahun semakin berkembang dan menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Kemudahan, kecepatan akses, serta minimnya gangguan teknis, menyebabkan internet sangat digemari oleh net generation, meskipun mereka sadar bahwa tidak semua informasi yang ditemukan di internet dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berikut ini fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian yang mencerminkan tingkat penggunaan dan kepercayaan yang sangat tinggi terhadap internet dan sumber-sumber elektronik (dalam Jia dan Nesta, 2006):
Hampir empat per lima dari mahasiswa sepakat bahwa penggunaan internet membawa dampak positif pada pengalaman akademis mereka di perguruan tinggi (Jones dan Madden, 2002).
  • Sebanyak 83 persen dari dosen sekarang mereka merasa menghabiskan waktu lebih sedikit di perpustakaan ketika memiliki akses ke internet dibanding sebelumnya (Jones dan Johnson-Yale, 2005)
  • Sebanyak 94 % dosen di fakultas memperbolehkan mahasiswa untuk mengutip sumber dari internet dalam mengerjakan tugas perkuliahan (Jones dan Johnson-Yale, 2005).
  • Jurnal elektronik sebagai persentase dari semua jurnal telah meningkat 83,3 persen pada lembaga dengan jenjang sarjana dan 71,3 persen di lembaga-lembaga pasca sarjana (McCracken,2003)
  • Sebanyak 79 persen dari mahasiswa dalam survei tahun 2002 menggunakan search engine sebagai pilihan utama sumber informasi web untuk mengerjakan sebagian besar tugas-tugas mereka (OCLC, 2002).
  • Sebanyak 89 persen mahasiswa di seluruh beberapa wilayah negara memulai penelusuran informasi dari search engine. Hanya 2 persen dari mahasiswa yang memulai penelitian mereka dengan menggunakan website perpustakaan (De Rosa, et. al, 2005).
  • Sebanyak 71 persen mahasiswa menggunakan internet sebagai sumber utama informasi pada tahun 2002 (Jones dan Madden, 2002).
  • Google Scholar membawa lebih dari tujuh kali lebih pengunjung ke British Medical Jurnal daripada PubMed (Giustini, 2005).
Meskipun penulis belum menemukan penelitian sejenis di Indonesia, tetapi penelitian Jia dan Nesta (2006) tersebut dapat menjadi acuan bagi pustakawan di Indonesia untuk mengetahui fakta penggunaan internet oleh net generation di Indonesia.
Pendapat Net Generation
Survei OCLC menunjukkan walaupun 45 persen mahasiswa “benar-benar setuju “bahwa situs web perpustakaan memberikan informasi yang bermanfaat, namun hanya 2 persen dari mereka memulai penelitian mereka dari situs web perpustakaan. Dalam perpustakaan, 72 persen mahasiswa sangat setuju dan setuju bahwa database online menyediakan informasi berharga ; 85 persen mahasiswa sangat setuju dan setuju bahwa majalah/ jurnal eektronik menyediakan informasi yang bermanfaat (De Rosa et al, 2005, p. 1.30, dalam Jia dan Nesta, 2006.).
Net generation mengakui nilai perpustakaan dan sumber daya perpustakaan. Net generation mengakui bahwa perpustakaan itu penting, tetapi bagi mereka internet lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses.
Dalam penelitian OCLC itu juga ditanyakan mengenai pendapat responden terhadap atribut yang membandingkan antara search engine dan perpustakaan, dan hasilnya adalah perpustakaan memiliki nilai tinggi hanya pada kredibilitas dan akurasi. Search engine mengalahkan perpustakaan dalam hal kehandalan, efektivitas biaya, kemudahan penggunaan, kenyamanan dan kecepatan, dengan 85 persen responden lebih memilih search engine untuk kemudahan penggunaan, 89 persen untuk kenyamanan, dan 92 persen untuk kecepatan (De Rosa et al., 2005, p. 2.18).
Melihat angka-angka dan kenyataan di atas tampaknya perpustakaan harus melakukan upaya yang cukup fenomenal untuk membuat net generation tidak saja mengakui dan 7 menghargai keberadaan perpustakaan sebagai sumber informasi, tetapi perlu membuat mereka tertarik untuk datang ke perpustakaan baik secara fisik maupun maya.

The University of Southern California’s Leavey Library telah dikunjungi kurang lebih 1,4 juta pengunjung pada tahun terakhir (Lippincot, 2005). Berdasarkan laporan tahunan 2009/2010, Perpustakaan Universitas Kristen Petra pada tahun 2009/2010 menerima kunjungan secara maya dari 6.765.856 pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa perpustakaan tetap menjadi bagian yang penting dari kehidupan kampus dan tetap dibutuhkan oleh penggunanya yang notabene adalah net generation jika perpustakaan telah dirancang dengan memahami kebutuhan dari net generation. Pemahaman ini tidak hanya berkaitan dengan fasilitas fisik perpustakaan, tetapi untuk semua hal yang berkaitan dengan perpustakaan seperti konten, akses, koleksi, dan layanan perpustakaan.
Dengan ledakan teknologi internet, perpustakaan wajib mengembangkan dan meredesign perpustakaan dari berbagai aspek seperti sumber informasi berupa konten digital, memperbarui jaringan,kabel, dan wireless, prasarana bangunan, dan pelayanan virtual yang dirancang, dan termasuk jika perpustakaan masih ingin selalu dikunjungi oleh penggunanya.

Oleh: Ahmad Syawqi SAg S IPI,MPd I
Pustakawan Muda IAIN Antasari Banjarmasin
BERIKAN KOMENTAR ()