Yang dimaksud dengan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu masalah tertentu yang sangat spesifik (Irwanto, 2007). Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan Focuss Group Discussion (FGD) penerbitan pioneer tentang buku Sumedang heritage, dimaksudkan untuk menerbitkan Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR) yang sebelumnya belum diterbitkan oleh penerbit swasta dan penerbit manapun, memiliki nilai nilai luhur yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Jawa Barat khusunya, masyarakat dunia umumnya, serta dapat meningkatkan ingatan kolektif nasional bahkan dunia ke depannya, dalam hal ini pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 Maret 2016 bertempat di Aula Gedung Layanan PBI Jalan Kawaluyaan Indah II nomor 4 Bandung.
FGD dibuka oleh Kepala Bapusipda Provinsi Jawa Barat Dr. Hj. Nenny Kencanawati, M.Si. dalam sambutannya beliau menyampaikan melalui Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Provinsi Jawa Barat, melaksanakan penerbitan pioneer yang direncanakan akan mencetak buku buku tersebut sebanyak 1000 eksemplar yang kemudian akan didistribusikan ke perpustakaan umum kabupaten kota di Jawa barat dan pihak terkait lainnya, diharapkan para peserta berpartisipasi aktif untuk memberikan berbagai masukan yang konstruktif dalam penyempurnaan materi/konten buku Sumedang Heritage. Kaitannya dengan kebijakan di Indonesia , adanya Undang Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang Wajib Serah Simpan Karya Cetak dan karya Rekam. Mengapa Sumedang dan Cirebon yang dipilih,karena dua daerah ini memiliki sejarah yang harus kita ungkap melalui Sumedang Heritage dan Cirebon Heritage.
Buku ini nantinya akan dijadikan menjadi sebuah nilai luhur warisan budaya, mudah-mudahan bisa memberikan manfaat, beliau juga menyampaikan dalam membangun kehidupan menjalan kan amanah capailah cita citamu setinggi langit walaupun jatuh masih ada bintang bintang.
FGD ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Hikmat Iskak sebagi penulis Sumedang Heritage, Edah Jubaedah sebagai budayawan dari Sumedang dan Dr. Lely Yulifar sebagai sejarawan dari Universita Pendidikan Indonesia (UPI) serta sebagai keynote Speaker Ketua yayasan Pangeran Sumedang Bapak Ir. Koerad Soeriaputra. Kegiatan FGD ini dihadiri oleh kurang lebih 100 orang yang terdiri dari para sejarawan, sastrawan, pustakawan, budayawan, arkeologi dan undangan lainnya, telah hadir pula Pangeran Hempi Raja Keprabon Cirebon .
Ketua Yayasan Pangeran Sumedang Ir. Koenrad Suriaputra menyampaikan awalnya mempunyai naskah naskah kuno yang ingin diamankan, Sumedang tidak mempunyai sejarah yang mudah dan praktis untuk dibaca, Sejak tahun 1900 masehi ada satu kerajaan, supaya orang mengenang bahwa Sumedang pernah berdiri ada suatu kerajaan serta Bagaimana caranya supaya buku Summedang heritage disa terbit itulah yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Sumedang.
Setelah selesai pembukaan dilanjutkan dengan penyampaian materi, yang menjadi moderator Dr. Hj. Oom Nurrohmah, M.Si. Pembicara pertama disampaikan oleh penulis buku Sumedang Heritage Hikmah Iskak (jurnalis, pemerhati kebudayaan dan pariwisata), beliau memaparkan sebagai berikut isi buku Sumedang ini terdiri dari 9 bab yang diawali dengan bab tentang sejarah. Data dan fakta tentang sejarah diceritakan secara sekilas, tanpa pendalaman-pendalaman atau uraian lebih rinci. Ini dimaksud agar suatu kerangka sejarah Sumedang (yang standar) dan normatif, dapat diingat dengan mudah oleh anak-anak sekolah lanjutan pertama hingga lanjutan atas. Penulis mencoba merekam dan mendekati dari berbagai aspek sejarah, budaya, arkeologi, sosial-ekonomi, pariwisata, dengan menggunakan kaedah-kaedah yang ilmiah dan meyakinkan. Tentunya dengan melakukan analisa dan interpretasi dari banyak jenis sumber-sumber tulisan/lisan dari daerah Sumedang (Jawa Barat) maupun dari luar Jawa Barat sendiri. Kemudian ditulis dan dirangkum dalam bentuk esai, feature, dengan pendekatan jurnalistik yang, tentunya sangat menguntungkan fakta-fakta. Juga menulis menghimpun fakta, data, wawancara, fotografi dalam perspektif jurnalistik dengan semangat dan jiwa budaya dan pariwisata.
Pembicara kedua Dr. Lely Yulifar, M.PD. yang dibahas mengenai kisi-kisi penulisan bedah buku antara lain menyoroti tentang ilmiah dan non ilmiah (populer) uraiannya dapat bersifat Komprehensif (mencakup berbagai aspek), atau tematis (substansi uraian ditekankan/terfokus pada satu aspek). hal yang paling utama, tulisan sejarah ilmiah harus berdasar pada metodologi yang dikenal dengan langkah-langkah sebagai berikut: heuristi, kritik, interpretasi, historiografi. Sebagai sebuah karya yang mencoba merekonstruksi memori kolektif masyarakat yang berada di Kabupaten Sumedang saat ini, secara disiplin ilmu sejarah, buku Sumedang Heritage masih memerlukan beberapa koreksi, di antaranya terkait aspek temporal, sistematika pembahasan (yang ditunjukkan dengan kronologi waktu), serta hubung kait antar peristiwa. Itulah yang disampaika oleh ahli sejarah dari UPI.
Pembicara ketiga disampaikan oleh edah Jubaedah Budayawan dari Sumedang, beliau menyampaikan sebagai berikut ingin yang ada di sumedang terexplore, ini buku sudah katagori sejarah, metodologi terus berkembang, karena Sumedang mempunya potensi besar ada alam berupa gunung, air hutan sumedang banyak menyimpan potensi alam, sejarah, potensi skil manusianya, Sumedang memiliki 80 jenis kesenian belum terexplore semua dalam buku ini, Motto SPBS dina budaya urang napak tina budaya urang ngapak. Itulah yang disampaikan oleh budayawn dari Sumedang dengan lugas.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta berupa masukan saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan buku Sumedang Heritage.
Sumber : bapusipda.jabarprov.go.id